DIREKTORAT PKHL TURUNKAN TIM PANTAU LANGSUNG KARHUTLA DI NATUNA

NATUNA (PKHL) – Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan menurunkan tim untuk memantau langsung lokasi karhutla di Kabupaten Natuna dan melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Natuna seiring dengan terjadinya peningkatan kejadian karhutla di wilayah Kabupaten Natuna (27/3/2024).

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Thomas Nifinluri mengungkapkan bahwa maksud tim ini diturunkan untuk meningkatkan kolaborasi dan sinergitas dengan Pemerintah Kabupaten Natuna dalam rangka penguatan upaya pengendalian karhutla. Tim beranggotakan staf Direktorat PKHL dan Manggala Agni Daops Sumatera VIII/ Batam, Balai Pengendalian Perubahan Iklim Wilayah Sumatera. 

“Tim telah meninjau langsung karhutla yang terjadi di pinggir jalan poros Sungai Tengah Jalur Ranai Batubi di Desa Gunung Putri Kecamatan Bunguran Batubi. Karhutla terjadi mulai 20/3/2024 sekitar pukul 12.15 WIB pada lahan gambut dangkal – sedang dengan kedalaman ± 1 – 3 m, vegetasi terbakar berupa semak belukar seperti jenis resam dan vegetasi lainnya,” imbuh Thomas.

Thomas menyampaikan bahwa penanganan karhutla telah dilakukan oleh tim pemadam dari BPBD Kabupaten Natuna, Damkar Natuna, TNI, Polri, bersama dengan Brigdalkarhutla setempat. Areal karhutla dapat dipadamkan oleh tim pemadam dan terbantu dengan turunnya hujan dengan intensitas sedang pada 24/3/2024. Karhutla terjadi pada Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). 

“Berdasarkan data historis karhutla periode 2019 – 2023 di Kabupaten Natuna, menunjukkan fluktuasi luas karhutla, dan cenderung menurun pada 2021 - 2023,” terang Thomas.

Thomas menyebutkan luas karhutla tahun 2019 seluas 3.703,93 ha, dan mengalami peningkatan pada tahun 2020 dengan luas 8.000,94 ha, mengalami penurunan pada tahun 2021 dengan luas 380,48 ha. Pada tahun 2022, tidak ditemukan kejadian karhutla, serta tahun 2023 luas karhutla seluas 435,48 ha.

“Sesuai dengan arahan Presiden RI bahwa perubahan paradigma pengendalian karhutla yaitu dengan mengedepankan upaya pencegahan karhutla. Upaya-upaya pencegahan karhutla harus lebih dioptimalkan sebagai bentuk antisipasi peningkatan kejadian karhutla,” sebut Thomas.

Thomas menambahkan bahwa dari pengalaman ini, beberapa hal yang juga perlu diperhatikan antara lain perlunya pemasangan rambu peringatan dan imbauan terkait karhutla di lokasi yang dinilai rawan. Dari 17 kecamatan di Kabupaten Natuna, terdapat 7 kecamatan yang rawan, yaitu Kecamatan Bunguran Batubi, Bunguran Barat, Bunguran Tengah, Bunguran Timur, Bunguran Timur Laut, Bunguran Utara, dan Bunguran Selatan.

“Upaya pencegahan lain yang perlu dilakukan adalah dengan monitoring hotspot, menggiatkan patroli pencegahan karhutla serta peningkatan peran serta masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam aksi pengendalian karhutla ini menjadi penting karena masyarakat lebih mengetahui dan memahami kondisi dan medan di lapangan,” tekan Thomas.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Sekretaris Daerah Kabupaten Natuna, Boy Wijanarko menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada tim yang telah turun langsung ke lapangan untuk melakukan koordinasi dan peninjauan lokasi karhutla.

“Kabupaten Natuna memiliki luas kawasan hutan terbesar di Prov. Kepulauan Riau, yaitu ±112.000 ha dengan potensi karhutla yang cukup tinggi. Kejadian karhutla di Kabupaten Natuna cukup sering terjadi, namun penanganannya masih terkendala pada sumberdaya peralatan yang sangat minim. Harapannya Kabupaten Natuna dapat mendapatkan sarana prasarana penunjang pengendalian karhutla sebagai bentuk penguatan aksi di tingkat tapak," kata Boy.

Boy juga menjelaskan upaya pengendalian karhutla lain yaitu Damkar Kabupaten Natuna akan membentuk posko terpadu pengendalian karhutla, untuk memperkuat kolaborasi dan sinergi para pihak. (Humas PKHL, Ed. JDC)