Balai PPI Jabalnusra Ikuti  Bimtek

“Peningkatan Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi”

BPPIJBN- Balai PPI mengikuti Bimbingan Teknis (Bimtek) “Menuju Transformasi Digital untuk Peningkatan Economy Welfare Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi” dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional di Aula Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Provinsi Bali (10/08). Kegiatan tersebut melibatkan UPT KLHK lingkup Provinsi Bali, OPD Kabupaten Jembrana, DPRD Jembrana, aparat kepolisian Jembrana dan juga masyarakat. Kegiatan diawali dengan Pembukaan Bimtek kepada 60 orang masyarakat dari 6 desa penyangga TNBB kemudian dilanjutkan dengan penanaman pohon dan pelepasan burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi).


Bimtek memberikan pembekalan bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan tanpa harus merusak keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan merupakan salah satu bentuk pengendalian perubahan iklim di tingkat tapak. Masyarakat desa sebagai penyangga kawasan konservasi perlu mendapat perhatian khususnya sebagai ujung tombak dalam mitigasi, adaptasi perubahan iklim karena hutan memberi manfaat kepada kehidupan mereka. Krisis yang dihadapi dunia saat ini ada tiga yaitu krisis kehilangan keanekaragaman hayati, krisis polusi dan krisis perubahan iklim. Segala upaya harus dilakukan dalam memeranginya.

Dr. Ir. Ammy Nurwati, MM., selaku Direktur Bina Pengelolaan dan Pemulihan Ekosistem mewakili Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) menyampaikan ucapan terima kasih kepada Komisi IV DPR RI dalam hal ini diwakili Bapak Drs. I Made Urip, M.Si. yang telah mengakomodir keinginan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Ini adalah bentuk kepedulian DPR RI Komisi IV khususnya kepada Ditjen KSDAE untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dengan kegiatan Bimtek. “Bimtek ini bukan suatu agenda semata tetapi memberikan dampak yang positif dalam rangka meningkatkan kompetensi masyarakat”, katanya.

Lebih lanjut dalam sesi wawancara, Ammy menjelaskan bahwa Jalak Bali menjadi satu Ikon yang harus dijaga jumlah populasinya. Pada tahun 2001 jumlah Jalak Bali hanya 6 ekor tentunya dengan strategi yang dilakukan Dirjen KSDAE dengan KLHK bagaimana cara meningkatkan jumlah populasi Jalak Bali di habitatnya. Hal ini tidak mungkin diserahkan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi Bali saja. Untuk meningkatkan populasinya perlu ada langkah yang harus diambil salah satunya dengan cara penangkaran. Karena Jalak Bali adalah satwa liar yang dilindungi maka mekanismenya dengan izin penangkaran. “Calon penangkar itu harus memiliki kelayakan baik kandang, kesehatan satwa dan harus jelas asal-usul keindukannya”, katanya.

Ada banyak aturan di Dirjen KSDAE dalam hal penangkaran satwa liar. Dulu izin penangkaran dikeluarkan oleh Dirjen KSDAE sekarang sudah didelegasikan cukup ke Kepala Balai KSDA saja. “Karena Pemerintah dalam mengeluarkan izin kan tidak berhenti dalam izin saja, tetapi harus memonitor progres pengelolaan izin selama lima tahun dan mengevaluasinya”, katanya. Dengan dikeluarkannya izin penangkaran, populasi Jalak Bali mengalami peningkatan. Kalau di penangkaran ada peluang untuk memperjual-belikan dan itu memang diatur dan diperbolehkan untuk turunan cucunya (F2). Dengan keberhasilan itu dengan turunannya malah sekarang sudah over populasi. Dan ada kewajiban dalam penangkaran itu kalau sudah ada 20% turunan ada sekian persen yang harus dikembalikan ke alam. Ini salah satu upaya menambah populasi Jalak Bali di habitatnya. TNBB sendiri memiliki sanctuary untuk penangkaran Jalak Bali. “Sanctuary itu seperti penangkaran, tetapi di dalam kawasan konservasi. Dan ini berhasil, makanya hari ini kita lakukan pelepas liaran jalak Bali” imbuhnya.

Bupati Jembrana I Nengah Tamba, S.H. dalam sambutan yang dibacakan Asisten III Jembrana menyampaikan ucapan terimakasih dan sangat mengapresiasi kepada Pemerintah Pusat atas segala perhatiannya. Kegiatan Bimtek konservasi seperti ini merupakan kali kedua yang telah diberikan Pemerintah Pusat. Jembrana menjadi paru-parunya Bali, karena 49 % wilayahnya adalah kawasan hutan. Tanpa Jembrana kemungkinan Bali ini susah untuk memenuhi kebutuhan oksigennya. Di sisi lain Jembrana merupakan Kabupaten termiskin di Bali. Harapannya sebagai penyumbang oksigen terbesar di Bali, kesejahteraan masyarakat jembrana bisa ditingkatkan. Dari sisi kesehatan Jembrana memberikan kontribusi, namun dari sisi tingkat kemiskinan masih memerlukan dukungan dari berbagai pihak.. Dalam rangka meningkatkan dan melestarikan konservasi ini Pemerintah Jembrana siap bergandengan dengan TNBB untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju Jembrana Emas Tahun 2026.

Dalam sambutannya Made Urip menyampaikan bahwa kegiatan bimtek ini terselenggara hasil kerjasama antara Komisi IV DPR RI dengan KLHK dalam rangka meningkatkan kapasitas dan juga memberikan wawasan ketrampilan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang ada disekitar hutan terutama di kawasan konservasi. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari tugas-tugas konstitusional anggota DPR dalam rangka menjabarkan fungsi dan tugas DPR baik itu fungsi pengawasan, penganggaran dan juga fungsi legislasi yaitu pembuatan undang-undang. Perhatian pemerintah terus mendorong bagaimana negara ini membangun perekonomian dari pingiran yaitu dari desa dengan dana desa, termasuk di sekitar kawasan hutan konservasi. “Kita tidak akan mampu mengelola hutan kita, mengelola konservasi, menyelamatkan ekosistem kita hanya dengan sendiri saja”, katanya. Kita pasti melibatkan semua elemen masyarakat, stakeholder yang ada di sekitar hutan itu sendiri.

Kepala Balai TNBB, Drh. Agus Ngurah Krisna Kepakisan, M.Si, dalam sambutan yang disampaikan di lokasi kegiatan yang bertempat di Seksi Konservasi Wilayah I TN Bali Barat menyatakan bahwa di seksi Konservasi Wilayah I terdapat 124 ekor Jalak Bali. Populasi yang terus meningkat menandakan sehatnya dan terjaganya kelestarian alam. Tahun 2023 di TNBB populasi Jalak Bali sudah mencapai 600 ekor. Dengan jumlah 600 ekor di alam, burung sudah bermain ke kebun masyarakat, pekarangan, bahkan sampai ke dekat terminal. Dengan keberadaan ini petugas dari TNBB senantiasa memantau keberadaanya.

Selanjutnya dilakukan kegiatan penanaman 30 bibit pohon dengan jenis sawo kecik, keben dan pilang. Yang istimewa adalah pohon keben (Barringtonia asiatica) atau pohon simbul perdamaian yang ditetapkan pada tanggal 5 Juni 1986 pada hari Lingkungan Hidup. Di TNBB 15.000 ha kawasan darat hanya tersisa satu pohon keben. Pada pelaksanaan kegiatan akan ditanam sepuluh bibit keben, 10 bibit sawo kecik dan 10 bibit pilang. Sawo kecik memberikan manfaat sebagai penyedia makanan bagi burung dan monyet. Pilang yang disenagi Curik Bali, karena sebagai habitat ulat saat berbunga sehingga menjadi sumber pakan dan juga sebagai tempat bersarangnya Burung Jalak Bali. “Dengan momentum HKAN dapat memperkuat sinergi kita dalam menjaga kelestarinan alam” katanya. “Jumlah 600 ekor sekarang di alam itu akan bisa terjaga, dan bisa ditingkatkan populasinya bila kita semua siap bekerjasama menjaga dan melindunginya”, pungkasnya.

Terjaganya keanekaragaman hayati menjadi salah satu ukuran dalam pengendalian perubahan iklim. Lestarinya Curik Bali di alam liar menjadi wisata yang dapat menopang kehidupan masyarakt. Masyarakat yang memandu tamu ke kawasan hutan tanpa disadari menjadi bagian patroli mandiri pencegahan kebakaran hutan. Penyebab terjadinya kebakaran hutan kerap diisukan karena faktor kesengajaan dan kelalian manusia. Dengan kegiatan Bimtek ke masyarakat yang hidup berbatasan dengan kawasan hutan dapat menepis isu tersebut karena hutan memberi keberlangsungan hidup mereka.

 

Tim Humas BPPI-JBN, Santi Budi dan Nyoman Sarwa.


Gambar 2 Praktik Pemetaan Desa Partisipatif dan Simulasi Penanggulangan Karhutla

Telepon: +62 (21) 5730144

Faksimili: + 62 (21) 5720194

Email: setditjenppi@gmail.com atau setditjenppi@menlhk.go.id 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Manggala Wanabakti Blok VII, 12th floor

Jl. Gatot Subroto, Senayan

Jakarta - Indonesia 

InstagramTwitterFacebookYouTube

MEDIA SOSIAL DITJEN PPI